Jurnal Asa – kayu limbah industri perusahaan mebel yang kerap kali berakhir dengan dibuang sia-sia atau dibakar ternyata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dimata Mujiono. Di tangan Mujiono, limbah bekas industri disulap menjadi lemari serta furniture yang tentunya akan selalu menjadi kebutuhan setiap individu.
Bahkan, dengan limbah dari industri mebel tersebut dirinya mampu menghasilkan minimal 300.000 setiap penjualan lemari 2 pintu. Tak hanya itu saja, Mujiono selaku pemilik mebel Arjuna yang berada di Jl. Revolusi ini dulunya sempat turut membuka peluang kerja bagi orang-orang di sekitar lingkungannya. Walaupun kini karyawannya tidak sebanyak dulu, Mujiono menyadari bahwa sekecil dan sebesar apapun usaha pasti ada fase naik dan turunnya. Walau pandemi turut berdampak pada usahanya namun Mujiono tak membiarkan usahanya mati begitu saja di tengah pandemi.
“yang pertama nyaman, yang kedua bahannya mudah didapat dan ketiga mudah dipelajari” ungkap Mujiono saat ditanya mengapa memilih usaha dibidang tersebut.
Awalnya Mujiono hanya mengambil saja limbah berupa kayu-kayu dari bekas industri mebel yang ada di Samarinda, namun kini karena semakin banyak yang membutuhkan akhirnya ia membeli dengan sistem borongan. Limbah industri mebel tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan di mebel Arjunanya sendiri. Bahan lain yang ia beli hanyalah plywood.
Inspirasi pemanfaatan limbah industri mebel ini didapatkan dari seringnya ia melihat di internet dan belajar dari sosmed. Sejak tahun 1990 mebel Arjuna dibuka, berbagai rintangan pasang dan surut usahanya telah ia lalui dan semua itu tetap membuatnya semangat. Walau belum berhasil menembus pasar luar Kaltim, Mebel Arjuna milik Mujiono kerap mendapat pesanan untuk dikirim ke luar kota Samarinda seperti Sangatta, Bontang, Melak dan Kabupaten / Kota lainnya di Kaltim.
“Usaha ini memiliki jangka panjang dan nggak akan pernah putus. Hanya perlu bersaing. Usaha ini juga bisa menjadi solusi untuk pemula” jelas Mujiono.
Selama 30 tahun berdiri, Mujiono mendapat banyak pelajaran berharga dari usaha yang ia bangun sehingga ia menyampaikan pesan kepada para pelaku yang baru ingin memulai bisnis.
“Terus belajar, dari mana saja seperti sosmed & Youtube. Hal penting yang harus dipelajari adalah pemasarannya mau kemana dan kemana. Jangan sampai bikin prodak tapi nggak tahu mau kemana pasarnya” ungkap Mujiono.
Mujiono menambahkan prinsip tekun, tawakal dan jangan putus asa juga harus dikuatkan. Soal permodalan ungkapnya jangan terlalu over, karena nantinya akan menjadi boomerang bagi usaha itu sendiri, apalagi jika modal berasal dari pinjaman-pinjaman tertentu, tutupnya.
Discussion about this post