Jurnal Asa – Di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir ini, rasa saling membantu kepada masyarakat yang terdampak kian bangkit dan menjamur. Salah satunya komunitas Sejangkauan Tangan Samarinda yang merupakan gerakan swadaya berbagi sayur kepada warga saat pandemi.
Berdiri di tengah pandemi sejak Juni 2020 lalu, aksi membagikan sayur ini terus dilakukan dengan upaya membantu sesama dalam segi kebutuhan pangan. Ghestan yang merupakan pelajar berusia 15 tahun dan sekaligus selaku koordinator SDM sejangkauan tangan Samarinda mengatakan bahwa kini sejangkauan tangan Samarinda sudah memiliki 3 posko yang menjadi titik pembagian sayur yakni di Raudah, Bengkuring dan Loa Bakung.
Sesuai dengan motto pada sejangkauan tangan sendiri yakni ambil secukupnya dan beri semampunya. Sejangkauan tangan Samarinda terus berupaya untuk memberikan sayur-sayur hanya kepada orang-orang yang membutuhkan seperti pekerja yang terkena PHK, janda dan orang-orang dengan ekonomi menengah ke bawah. Kepada orang-orang dengan ekonomi menengah ke atas, sejangkauan tangan tak segan untuk terus mengedukasi kepada mereka agar lebih mengutamakan berbagai dari pada mengambil.
Lewat akun instagramnya yakni @sejangkauantangansamarinda, komunitas ini ingin memberi tahu kepada masyarakat luas bahwa gerakan mereka benar-benar nyata untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Dengan bukti foto-foto dokumentasi kegiatan yang ada di instagram, Ghestan berharap semakin banyak orang-orang yang terketuk hatinya untuk berdonasi walau melalui hal kecil seperti ini yakni berbagi sayur.
Baca Juga: KaDo Etam Kaltim, Hebatkan Anak Indonesia Lewat Dongeng
Berbuat kebaikan atau beramal itu menyenangkan apalagi kalau dilakukan bersama teman-teman seusianya ungkap Ghestan. Ya, siapa sangka bahwa komunitas yang penuh dengan aksi sosial ini anggotanya merupakan pelajar-pelajar dari tingkat SMP hingga SMA. Walau melelahkan harus bangun subuh untuk belanja sayur ke pasar, tetapi momen packing sayur jadi bagian yang menyenangkan. Dengan penuh canda tawa mereka mempacking bahan pangan seperti tempe, kangkung, kacang, jagung dan lain-lainnya untuk kemudian dicantelkan hingga akhirnya masyarakat sekitar bisa mengambil dengan seperlunya.
Banyaknya warga sekitar posko yang berharap pangan dari sejangkauan tangan semakin membuat Ghestan dan teman-teman komunitasnya untuk terus bergerak dan berbagai dalam langkah kecil ini. Komunitas ini yakin, melalui kebutuhan pangan yang tercukupi masyarakat setidaknya bisa merasa hidup sejahtera. Keluarga dan anak-anak mereka setidaknya merasakan gizi yang tercukupi walau dalam keadaan yang sedang krisis akibat pandemi seperti saat ini. Itulah yang dikatakan Ghestan saat ditanya mengenai salah satu alasan dari bergeraknya sejangkauan tangan ini.
Discussion about this post