Cecep, seorang guru di SMAN 1 Siluq Ngurai tak menyangka usahanya dalam menjalankan hidroponik menjadi berkembang. Padahal, dia hanya hobi karena menyukai tanaman yang ia anggap dapat menghilangkan stres saat melihat tanaman tumbuh subur.
“Saya memang hobi bertani, saya suka dengan tanaman, bisa mengurangi stres kalau melihat tanaman segar, selain itu bisa menambah penghasilan untuk keluarga” kata Cecep kepada Go CSR Kaltim, Senin 24 Mei 2021.
Mengikuti hobinya, Cecep kemudian menelusuri situs web berbagi video yakni Youtube. Dia sedikit demi sedikit mempelajari konsep budidaya tanaman dengan metode hidroponik.
“Karena saya tidak kuat mencangkul, pengerjaan yang rumit dan membutuhkan lahan yang luas, sehingga saya berpikir apa yang bisa saya lakukan dengan tetap bertani tapi dengan sistem yang sederhana, efektif, efisien dan bisa ditinggal-tinggal” ujar dia.
Pria kelahiran Malang itu memulai usaha hidroponiknya dengan skala kecil dengan penjualan 3 bungkus selada dalam waktu 2 hari. Seiring berjalannya waktu, usaha yang ia beri nama Happy Farm ini mulai dikenal di Kutai Barat, keunggulan sayuran hidroponik yang bebas pestisida dan segar mulai diminati masyarakat. Hingga kini, dengan kebun hidroponik yang penuh mengelilingi halaman kiri dan kanan rumahnya, Cecep mengaku bisa menjual 100 bungkus selada dalam waktu satu hari.
Cecep tak seorang diri dalam merintis usaha hidroponiknya, Cecep bertemu dengan karyawan Perusahaan Gunung Bara Utama (GBU). Perusahaan kemudian melihat potensi hidroponik milik Cecep, sehingga GBU menawarkan untuk bermitra agar usaha hidroponik Cecep semakin besar dan Cecep pun sepakat untuk mengembangkan usaha hidroponiknya bersama Perusahaan GBU.
“Ini semua berkat dukungan dan bantuan dari perusahaan PT Gunung Bara Utama yang selalu mensupport Happy Farm, baik dalam kemasan, label, bantuan bibit, nutrisi, alat dan prasarana seperti paralon. Jadi berkembangnya hidroponik Happy Farm sebagian besar oleh karena dukungan Gunung Bara Utama.”ucap dia.
Cecep merasa bersyukur bisa menghasilkan pemasukan tambahan bagi keluarga dari hasil hobi dan kecintaannya terhadap tanaman. Setiap bulannya, dari hasil penjualan sayur hidroponik ini, Cecep bisa membayar kredit kendaraan, listrik rumah dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kini Cecep juga menjadi jembatan bagi desa-desa binaan GBU yang akan memulai kebun atau usaha hidroponik. Cecep menularkan ilmu-ilmu yang dia dapat dari perusahaan GBU kepada masyarakat desa binaan.
“Apa yang saya dapat hari ini bukan instan, ini didapat selama bertahun-tahun dan penuh perjuangan yang sangat luar biasa. Dalam perjalanan itu GBU memegang peranan yang sangat luar biasa, mereka seperti penopang dalam bisnis saya ini. Dampak positif dari jatuh bangunnya usaha ini, itulah yang saya tularkan ke kampung binaan agar mereka tidak melakukan kesalahan yang sama dan tahu bagaimana cara menanam yang baik dan benar” ucap Cecep.
Selain itu, Cecep juga kerap kali membagikan sayur hidroponiknya kepada teman-temannya dan memberi diskon kepada keluarga-keluarganya. Cecep berharap setelah usahanya ini dirasa sudah dapat berdiri dengan mandiri, perusahaan GBU kemudian dapat lebih bisa mengalokasikan bantuan-bantuan mereka untuk kampung-kampung binaan sehingga mereka dapat lebih cepat berkembang dan sukses.
Discussion about this post