GoCSRKaltim – Ramadan merupakan momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk meningkatkan ibadah, berbagi, dan menjalin kebersamaan. Namun, di balik suasana penuh berkah ini, ada satu fenomena yang menjadi masalah tahunan di Indonesia: meningkatnya jumlah sampah makanan.
Kebiasaan kalap makan dan hungry buying setelah seharian berpuasa menjadi penyebab utama lonjakan limbah makanan selama bulan Ramadan. Ironisnya, di saat masih banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan makanan, jutaan ton makanan terbuang sia-sia setiap tahunnya.
Lonjakan Limbah Makanan Selama Ramadan
Setiap tahunnya, jumlah sampah organik yang berasal dari sisa makanan di Indonesia meningkat sekitar 20% selama bulan Ramadan. Indonesia sendiri telah masuk dalam daftar negara dengan produksi limbah makanan terbesar di dunia, dengan jumlah makanan terbuang mencapai 23-48 juta ton per tahun. Angka ini setara dengan makanan yang dapat dikonsumsi oleh 28-61 juta orang.
Sampah makanan selama Ramadan umumnya berasal dari rumah tangga, restoran, serta tempat berbuka puasa massal. Sayangnya, sebagian besar limbah ini langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah melebihi kapasitas. Akibatnya, sampah organik yang membusuk menghasilkan gas metana (CH₄), gas rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Selain itu, cairan lindi yang dihasilkan dari sampah dapat mencemari sumber air tanah dan merusak ekosistem.
Bahaya Sampah Makanan bagi Lingkungan
Tanpa pengelolaan yang tepat, limbah makanan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, di antaranya:
- Pencemaran Air: Cairan lindi dari sampah organik meresap ke tanah, mencemari air bersih, dan membahayakan kesehatan masyarakat.
- Perubahan Iklim: Gas metana yang dihasilkan dari limbah makanan 28 kali lebih kuat daripada karbon dioksida (CO₂) dalam memicu pemanasan global.
- Risiko di TPA: Akumulasi sampah makanan yang membusuk dapat memicu ledakan dan kebakaran akibat gas metana. Tragedi longsor TPA Leuwigajah pada tahun 2005 menjadi salah satu contoh nyata dari dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak terkendali.
Solusi: Ramadan Zero Waste
Bulan Ramadan seharusnya menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk tidak hanya meningkatkan ibadah, tetapi juga lebih bijak dalam mengelola konsumsi makanan. Inisiatif Ramadan Zero Waste menjadi salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi limbah makanan dengan langkah-langkah sederhana berikut:
- Ambil secukupnya: Sesuaikan porsi makan agar tidak ada makanan yang terbuang.
- Belanja bijak: Buat daftar belanja sebelum pergi ke pasar atau supermarket untuk menghindari pembelian impulsif.
- Simpan makanan dengan benar: Gunakan penyimpanan yang tepat agar makanan tetap segar dan tidak cepat basi.
- Manfaatkan sisa makanan: Olah kembali makanan yang tersisa menjadi hidangan baru atau manfaatkan sebagai bahan kompos.
Ramadan, Bulan Berkah Tanpa Limbah
Ramadan adalah bulan keberkahan, bukan pemborosan. Mengurangi sampah makanan adalah bentuk nyata rasa syukur serta kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Dengan mengubah kebiasaan konsumsi menjadi lebih bijak, kita dapat menjadikan Ramadan lebih bermakna dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian bumi.
Mari bersama menjadikan Ramadan sebagai bulan berkah tanpa limbah! (ARD)
Discussion about this post