GoCSRKaltim – Nama Aminah Syukur mungkin tak asing bagi warga Samarinda. Sosok yang dikenal sebagai “Nenek Belanda” ini bukan hanya seorang guru, tapi juga pelopor pendidikan perempuan di Kalimantan Timur. Jejak perjuangannya masih terasa hingga kini, terutama di tengah peringatan Hari Kartini yang mengangkat semangat emansipasi dan kesetaraan.
Aminah Syukur lahir dengan nama asli Atje Voorstad, seorang perempuan keturunan Belanda yang menetap di Samarinda setelah menikah dengan M. Yacob, seorang pegawai kantor pemerintahan Belanda. Ia datang dari Jakarta dan mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan di Kota Tepian, sebutan untuk Samarinda.
Sebagai tokoh pendidikan Kalimantan Timur, Aminah memulai kiprahnya dengan mendirikan Meisje School, sekolah khusus perempuan yang kelak menjadi cikal bakal Sekolah Kepandaian Puteri (SKP). Langkah ini menjadi terobosan besar di masa kolonial, ketika akses pendidikan bagi perempuan, terutama dari kalangan pribumi, masih sangat terbatas.
Tak hanya mengajar di sekolah formal seperti SD Negeri Sungai Pinang, SD Permandian, dan SKP, Aminah juga dikenal aktif sebagai guru privat. Ia rela mengunjungi rumah murid satu per satu, dan bahkan membuka ruang belajar di kediamannya di Jalan Diponegoro, Samarinda. Komitmen dan dedikasinya membekas kuat dalam ingatan masyarakat.
“Beliau dikenal sebagai guru yang disiplin, ramah, dan penuh kasih. Masyarakat Samarinda dulu menyebutnya ‘Nenek Belanda’—sebutan yang penuh penghormatan,” ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Kontribusinya dalam membangun fondasi pendidikan di Kalimantan Timur membuat namanya diabadikan menjadi nama salah satu ruas jalan dan sekolah di jantung Kota Samarinda. Sebuah penghargaan yang tak lekang oleh waktu.
Aminah Syukur wafat di Jakarta pada 3 Maret 1968, namun dua tahun kemudian, jenazahnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Samarinda, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam dunia pendidikan.
Kini, semangat juang Aminah Syukur kembali relevan, terutama dalam konteks kesetaraan akses pendidikan. Ia bukan hanya sosok guru, tetapi simbol keberanian perempuan dalam memperjuangkan hak belajar dan berkembang di tengah keterbatasan zaman.
Dalam momentum Hari Kartini, perjuangan Aminah Syukur mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam memberdayakan perempuan dan menciptakan masa depan yang lebih adil. Ia adalah salah satu dari banyak perempuan inspiratif Indonesia yang pantas dikenang sepanjang masa.




Discussion about this post