GoCSRKaltim – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) meresmikan Menara Tuah Himba di kawasan Jembatan Kartannegara yang bersebalahan dengan Kompleks Perkantoran Bupati yakni di Jalan Wolter Monginsi Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong pada Minggu (31/12/2023).
Malam pergantian tahun dipilih Bupati Edi Damansyah untuk melakukan peresmian bangunan menara dengan material beton yang berada persis di hadapan Jembatan Kartanegara.
Bangunan ini menggantikan proyek sebelumnya yang digadang-gadang berbentuk patung naga. Kini, Menara Tuah Himba menjadi ikon gerbang masuk Kota Raja Tenggarong yang diharapkan Edi mampu menarik minat masyarakat untuk mengunjungi Kukar.
“Malam hari ini Pemkab Kukar sekaligus meresmikan Bundaran Tuah Himba. Di kawasan ini, Insya Allah segera menjadi pusat kuliner khas Kota Raja. Semoga tahun 2024 rencana ini bisa terealisasi, mohon doanya Bapak Ibu,” kata Edi Damansyah.
Peresmian ditandai penekanan tombol sirine dirangkai dengan penyalaan perdana lampu menara.
Menara Tuah Himba yang menjulang tinggi hampir 10 meter tersebut menjadi kian cantik dengan pewarnaan lampu taman berwarna-warni ditambah dengan dekorasi berupa air mancur di sekeliling menara.
Peresmian ini dirangkai pula dengan agenda Kukar Bershalawat yang mengambil tajuk acara yakni Malam Renungan Muhasabah Diri Pergantian Tahun 2023-2024.
Sebelum ribuan jamaah muslim di wilayah Tenggarong dan sekitarnya melantunkan shalawat secara berjamaah, agenda terlebih dahulu diisi dengan ceramah agama oleh sejumlah Pendakwah yakni, Habib Maliq bin Yahya Assegaf dari Yaman, Habib Shofi Al Muhdhor, Habib Aulia dan Guru Zaini.
Untuk diketahui, Menara Tuah Himba merupakan hasil desain putra daerah, Syandy Diantrisna Kusuma. Syandy mengikuti sayembara untuk mendesain landmark baru di Kota Raja. Landmark ini terdiri dari tiga bagian yang memiliki arti. Filosofi tiga bagian ini merupakan elemen kehidupan di Kutai kartanegara.
Bagian atas artinya langit
Bagian atas landmark berbentuk lingkaran, melambangkan hamparan langit yang berwarna jingga keemasan sebagai naungan atas kehidupan, di bawahnya manusia dan kehidupan lainnya. Warna keemasan langit melambangkan simbol kemuliaan langit, ini juga mengartikan Kepercayaan masyarakat Kukar sebagai tempat turunnya Aji Batara Agung Dewa Sakti dari kayangan (langit) yang menjadi Sultan pertama Kerajaan Kutai Kertanegara.
Bagian tengah artinya manusia
Bagian tengah landmark berbentuk tiang melambangkan manusia (rakyat Kukar) yang berkehidupan dinamis ditopang oleh langit bagian atas dan daratan serta sungai di bagian bawah. Filosofi ini juga yang pernah diucapkan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti, sebagai manusia dalam kehidupan berada di tengah-tengah harus melihat dua keadaan, yaitu ke atas paling tinggi dan ke bawah paling luas.
Manusia (rakyat Kukar) dilambangkan dengan tiang berjumlah 14 buah, yang bermakna tanggal 14 hari bulan Aji Batara Agung Dewa Sakti melakukan perjalanan ke Kerajaan Majapahit untuk mempelajari adab bermasyarakat, dan kembali dari Majapahit di tanggal 14 hari bulan. Angka 14 juga melambangkan jumlah 14 (empat belas) anak tangga di Keraton Kutai Kertanegara.
Masing-masing tiang berdiri kokoh dengan dasar empat sudut yang memiliki arti empat pasak bumi kehidupan yang harus diperhatikan. Yaitu tata krama, adat istiadat, agama dan berbudaya di negeri sendiri. Tiang yang kokoh memiliki tinggi 21 meter melambangkan kitab dari majapahit yang dibawa oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti tentang adab sebanyak 21 Pasal.
Tiang yang berwarna hitam pada bagian tengah sampai dasar tiang berarti abdi (manusia) yang melambangkan di manapun masyarakat Kukar tetap akan mencurahkan hati dan dirinya kepada Kesultanan Kutai Kertanegara. Warna kuning keemasan pada bagian atas melambangkan keagungan Kesultanan Kutai Kertanegara.
Bagian bawah artinya tanah dan air
Bagian bawah landmark berbentuk lingkaran kolam air dan daratan berwarna hijau, kolam air melambangkan sungai mahakam sebagai penopang kehidupan masyarakat Kukar, dan daratan berwarna hijau melambangkan suburnya tanah Kukar dengan kelebatan hutannya yang penuh dengan sumber daya alam.
Warna pada air melambangkan kemuliaan dan warna hijau melambangkan kesuburan. Air yang melambangkan sungai mahakam juga mengartikan kepercayaan masyarakat Kukar sebagai tempat munculnya Putri Karang Melenu yang menjadi permaisuri Sultan pertama Kutai Kartanegara.
Bagian bawah landmark berupa tiga tingkatan melambangkan tiga anak tangga pada singgasana Kesultanan Kutai Kertanegara yang berada pada ruangan Stinggil (Siti Hinggil) Keraton Kutai Kertanegara.
Disadur dari RRI dan Prokom Kukar
Discussion about this post