GoCSRKaltim – Ritual adat Lom Plai menjadi tradisi tahunan yang penuh makna bagi Suku Dayak Wehea di Desa Nehes Liah Bing Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Upacara ini tidak hanya menjadi bentuk ungkapan syukur atas hasil panen padi, tetapi juga sarat dengan nilai spiritual dan legenda leluhur yang terus dijaga hingga kini.
Sejarah dan Makna Lom Plai
Lom Plai berakar dari legenda Putri Long Diang Yung, yang dipercaya melakukan pengorbanan besar demi menyelamatkan sukunya dari bencana kekeringan dan kelaparan. Pada masa kepemimpinan Hepui Ledoh, Dohton Tenyiei (entitas Tuhan Yang Maha Esa) meminta pengorbanan putri tersebut agar bencana segera berakhir.
Setelah pengorbanan Long Diang Yung, hujan deras turun dan dari tanah muncul serumpun padi yang dianggap sebagai penjelmaannya. Padi itu menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Dayak Wehea, yang tidak pernah habis meskipun dipanen berkali-kali. Sejak saat itu, Lom Plai diperingati setiap tahun sebagai wujud syukur atas berkah panen padi yang melimpah.
Prosesi Ritual Lom Plai
Lom Plai biasanya digelar pada April hingga Mei, mengikuti musim panen. Upacara ini terdiri dari serangkaian prosesi adat yang sarat makna spiritual dan simbolis:
- Ngesea Egung Prosesi ini diawali dengan pemukulan gong sebagai tanda bahwa ritual Lom Plai resmi dimulai.
- Melhaq Pangsehmei Upacara penghormatan kepada Putri Long Diang Yung yang telah berkorban demi kesejahteraan masyarakat.
- Embob Jengea Ritual memasak lemang dan beang bit (sejenis makanan tradisional) sebagai simbol rasa syukur.
- Embos Min Upacara bersih desa yang bertujuan untuk membuang segala kesialan dan kejahatan yang ada di kampung.
- Tari Hudoq Tari Hudoq merupakan tarian khas yang dilakukan untuk memohon perlindungan dari penyakit, meminta kesuburan tanah, serta berkah dan kebaikan bagi masyarakat. Prosesi ini dimulai dengan Mekean Hedoq atau menjamu Hudoq, diikuti dengan Enluai Hedoq, yaitu doa yang dinyanyikan untuk memohon semangat padi bagi kesuburan tanaman di tahun berikutnya.
- Embos Epaq Plai Upacara yang melambangkan pembersihan diri dengan membuang hampa padi sebagai simbol pembuangan kesialan dan hal-hal negatif.
Simbol Kebersamaan dan Perayaan
Selain ritual adat, Lom Plai juga menjadi momen berbagi yang mempererat kebersamaan. Setiap rumah menyediakan makanan secara cuma-cuma untuk tamu yang datang. Prosesi mencoreng wajah dengan arang dan siram-siraman air menjadi simbol pembersihan diri, saling memaafkan, dan memperkuat hubungan sosial dalam komunitas.
Perayaan ini juga memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Dayak Wehea dalam menjaga harmoni dengan alam. Padi dianggap sebagai sumber kehidupan yang sejajar dengan manusia, sehingga penghormatan terhadap padi menjadi bagian penting dari tradisi ini.
Lom Plai sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Pada tahun 2015, Lom Plai resmi terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa ritual adat tersebut memiliki nilai budaya yang tinggi dan layak dilestarikan.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2024, Lom Plai masuk dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Festival Lom Plai yang diselenggarakan pada 15–21 April 2024 menjadi ajang untuk memperkenalkan kekayaan budaya Suku Dayak Wehea kepada dunia.
Promosi Budaya Lokal dan Potensi Wisata
Lom Plai memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Perayaan yang penuh warna ini tidak hanya menjadi daya tarik budaya, tetapi juga membuka peluang untuk mempromosikan Kalimantan Timur sebagai destinasi wisata budaya.
Lom Plai bukan sekadar ritual adat, tetapi sebuah tradisi yang mencerminkan kearifan lokal dan penghormatan terhadap alam. Dengan pelestarian dan promosi yang tepat, Lom Plai dapat menjadi ikon budaya Kalimantan Timur yang dikenal di kancah internasional.
Lom Plai mengajarkan kita bahwa hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas adalah kunci untuk menjaga keseimbangan hidup. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa rasa syukur dan kebersamaan adalah nilai-nilai yang harus terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.Dayak Wehea ke panggung nasional dan menarik perhatian wisatawan untuk menyaksikan langsung kearifan lokal yang kaya akan makna spiritual dan budaya. (ARD)
Discussion about this post