GoCSRKaltim – Presiden Joko Widodo pada Agustus 2019 mengumumkan sebuah rencana ambisius untuk memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur, beberapa minggu setelah ia dilantik untuk masa jabatan kedua dan terakhirnya.
Jokowi berjanji bahwa ibu kota baru, yang dikenal sebagai IKN Nusantara, akan menjadi “kota hijau” dengan strategi konstruksi yang minimal mengurangi kerusakan lingkungan dan bertujuan untuk emisi karbon nol setelah selesai.
Pada bulan Februari 2022, pemerintah mengesahkan rencana pembangunan tersebut menjadi undang-undang, meletakkan kerangka hukum untuk proyek senilai USD 32 miliar yang diperkirakan akan selesai pada tahun 2045.
Pada saat itu, kota baru tersebut akan mencakup lahan seluas 256.000 hektar (3,8 kali luas DKI Jakarta sekarang), yang sebagian berada di konsesi kehutanan yang sudah habis masa berlakunya, konsesi pertambangan, perkebunan sawit serta pemukiman.
Presiden pada Maret 2022 juga menunjuk sebuah badan pemerintah baru, Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), untuk mengawasi kemajuan pembangunan kota baru dan melapor langsung kepadanya.
Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Bambang Susantono pada acara Nusantara, A City of Opportunities di Singapura (17/2) menekankan bahwa salah satu hal yang perlu menjadi perhatian dari Nusantara adalah konsep kota hutan yang berkelanjutan (forest city), yang mana diyakini akan menjadi ibu kota negara yang pertama di dunia yang menerapkan konsep forest city.
Hanya 25% dari area Nusantara yang akan dibangun, sedangkan 75% sisanya akan menjadi area hijau yang termasuk 65% area tersebut tetap sebagai hutan tropis. “Kondisi ini akan memungkinkan warga Nusantara hidup berdampingan dengan alam,” kata Bambang.
Meski diyakini sebagian orang, sebagian besar hutan di wilayah Nusantara bukan lagi hutan tropis, melainkan hutan produksi yang menjadi bagian dari industri agroforestri dan ada juga wilayah tambang. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk membalikkan deforestasi di kawasan ini, dengan cara mengembalikan hutan tropis dan ekologinya yang subur.
“Pengembalian hutan tropis akan dimungkinkan melalui proses reboisasi dalam rangka memulihkan ekologi,” tambah Bambang.
Selain itu, kawasan hutan juga akan meningkatkan daya serap air, mengurangi risiko banjir, dan berperan sebagai pengurang karbon. Bersamaan dengan pembangunan yang memperhatikan lingkungan, kehadiran hutan di Nusantara akan memungkinkan pemerintah untuk meminimalkan emisi di kota. Bambang menegaskan bahwa dengan semua keistimewaan tersebut, Nusantara menargetkan akan menjadi kota netral karbon pada tahun 2045.
Bambang juga menambahkan bahwa pada COP-27 di Sharm-el-Sheikh November lalu, OIKN dan Asian Development Bank (ADB) meluncurkan studi yang memetakan bagaimana Nusantara menjadi kota yang mendukung net-zero emission. Studi tersebut menegaskan bahwa pembangunan Nusantara sebagai forest city akan mendorong upaya rehabilitasi yang lebih ambisius di wilayahnya. “Rencana pembangunan Nusantara sudah sejalan dengan Paris Agreement,” jelasnya.
“Nusantara adalah partisipasi aktif Indonesia dalam mendukung inisiatif global untuk mengatasi perubahan iklim. Kesuksesan Nusantara tidak hanya menguntungkan Indonesia tetapi juga masyarakat global, dengan menciptakan kota berkelanjutan yang dapat ditiru di seluruh dunia,” tambah Bambang.
Ibu Kota Nusantara, diproyeksikan menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, dan budaya negara, kini tengah menarik perhatian global dengan langkah maju dalam mengadopsi konsep pembangunan yang ramah lingkungan, yaitu “Smart Sustainable Forest City”. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan harmonis antara pertumbuhan perkotaan yang pesat dengan pelestarian alam.
Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN, Myrna Safitri mengatakan bahwa konsep Sustainable Forest City di IKN nanti secara sederhana adalah sebuah kota yang akan diselimuti oleh hutan.
“Kalau melihat lokasi yang ada di sini, terlihat bagaimana gedung-gedung di sini berada di sela-sela pohon, ini juga menjadi salah satu indikator yang dijadikan cara melihat bagaimana Sustainable Forest City itu ada,” ungkap Myrna saat diwawancarai langsung oleh Go CSR Kaltim di sela-sela kunjungan di IKN pada Rabu (17/04/2024).
Myrna juga menambahkan bahwa pembangunan IKN justru mngembalikan kejayaan hutan tropis yang ada di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur itu sendiri.
“Apa yang terlihat hijau-hijau di sekitar sini itu akan diubah menjadi hutan tropis Kalimantan, kenapa harus diubah, karena yang terlihat hijau di sini ini sebenarnya bukan hutan alam, ini adalah hutan tanaman monokultur yang terdiri dari tanaman eucalyptus, yang memang diperuntukkan salah satunya untuk produksi pulp and paper, dengan tujuan untuk menjadi IKN menjadi kota hutan, maka kejayaan hutan tropis Kaltim itu akan dikembalikan lagi, jadi itu salah satu juga implikasi dari keberadaan IKN bagi lingkungan yang ada di Kaltim,” tambah Myrna.
Dengan mengadopsi konsep Sustainable Forest City, ibu kota Nusantara menegaskan komitmennya dalam melindungi lingkungan serta mempromosikan gaya hidup berkelanjutan. Melalui integrasi teknologi canggih, transportasi ramah lingkungan, dan keterlibatan masyarakat, langkah ini bukan hanya akan menjaga kelestarian alam, tetapi juga menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif bagi generasi mendatang. (ARD)
Discussion about this post