Isu kerusakan alam kian hari semakin banyak ditemukan di sekitar kita. Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi aktivitas yang dapat merusak bumi tercinta. Salah satunya melalui gerakan Blue Beauty yang berfokus pada konservasi laut dengan menggunakan bahan-bahan yang aman dan ramah untuk biota laut seperti terumbu karang, serta menggunakan kemasan bebas plastik.
Gerakan ini dipelopori oleh pendiri Beauty Heroes, Jeannie Jarnot sebagai upaya untuk menciptakan ‘planet’ yang lebih baik dan lebih ‘biru’. Beliau mengemukakan bahwa banyak orang mengaitkan warna biru dengan laut, maka ia menggunakan istilah blue beauty pada gerakannya.
Lebih dari itu, Blue Beauty merupakan gerakan untuk membatasi penggunaan plastik dan menggunakan bahan yang mudah dan aman untuk didaur ulang. Gerakan ini juga bertujuan untuk melindungi lautan dari bahan kimia yang biasa ditemukan pada produk kecantikan, salah satunya oxybenzone dan octinoxate pada tabir surya.
Laporan WWF menunjukkan bahwa satu truk sampah penuh plastik masuk ke lautan setiap menitnya atau setara dengan 8 juta ton plastik setiap tahun dan berdampak besar bagi kehidupan laut. Sustainable Materials Specialist WWF-UK, Paula Chin mengatakan bahwa lebih dari 120 miliar unit kemasan produk kecantikan diproduksi secara global setiap tahun dan sebagian besar tidak dapat didaur ulang. Hal ini menjadi latar belakang munculnya gerakan Blue Beauty.
Dampak produk kecantikan bagi kehidupan laut
Prediksi mengerikan muncul bahwa pada tahun 2050, sampah plastik akan lebih menguasai laut dibandingkan ikan. Bahkan, hingga saat ini setiap tahunnya ada delapan juta ton plastik dibuang ke laut yang dapat membunuh satwa berharga pada setiap sudut lautan.
Mulai dari pihak perusahaan, pemerintah, hingga individu perlu berperan dalam mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, penting untuk mencari opsi brand kecantikan yang menjamin kemasan produknya dapat didaur ulang.
Beberapa brand kecantikan sudah mulai memperkenalkan PCR (post-consumer plastic) dalam kemasannya yang berarti tidak ada plastik baru yang diproduksi, melainkan berasal dari proses daur ulang. Salah satu ancaman terbesar lainnya yaitu kandungan dalam produk yang dapat merusak satwa laut, seperti terumbu karang.
Beberapa sunscreen dapat menyebabkan kerusakan ekosistem biota laut. Hawaii menjadi negara bagian Amerika Serikat pertama yang melarang penggunaan produk sun protection berbahan kimia seperti oxybenzone dan octinoxate karena dapat merusak terumbu karang.
Sumber: Green Matters
Beberapa brand produk kecantikan sudah ambil bagian dalam gerakan Blue Beauty ini, salah satunya Ethique dengan produk-produk batangan yang aman bagi kehidupan laut. Ada juga One Ocean Beauty yang menggunakan blue biotechnology’ sebagai sumber bahan yang tidak melibatkan proses panen apa pun, sehingga lingkungan laut terlestarikan.
Jadi, bukan hanya soal kecantikan diri saja yang perlu kita jaga, namun kecantikan dan kelestarian laut juga perlu kita jaga.
Discussion about this post