Senin, Desember 8, 2025
  • Contact
  • About Us
Go CSR Kaltim
  • Home
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
No Result
View All Result
  • Home
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
No Result
View All Result
  • Contact
  • About Us
Go CSR Kaltim
No Result
View All Result
Home CSR News

Tahukah Anda, Medali Olimpiade Tokyo 2020 Terbuat dari Daur Ulang Ponsel dan Laptop

Agustus 2, 2021
in CSR News
The medals and tray to be used for the medal ceremonies at the Tokyo 2020 Olympics Games are seen during an event to mark 50 days to the opening ceremony, at Ariake Arena in Tokyo on June 3, 2021. (Photo by ISSEI KATO / POOL / AFP)

The medals and tray to be used for the medal ceremonies at the Tokyo 2020 Olympics Games are seen during an event to mark 50 days to the opening ceremony, at Ariake Arena in Tokyo on June 3, 2021. (Photo by ISSEI KATO / POOL / AFP)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Penulis Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor Inggrid Dwi Wedhaswary dari kompas.com

Olimpiade Tokyo 2020 menghadirkan banyak cerita menarik, di antaranya adalah proses pembuatan medali.

Diketahui, medali-medali yang dikalungkan kepada atlet merupakan daur ulang perangkat elektronik usang, seperti ponsel dan laptop.

Bagi masyarakat Jepang, proyek ini menawarkan kesempatan unik untuk menjadi bagian dari Olimpiade.

“Kampanye tersebut meminta masyarakat untuk menyumbangkan perangkat elektronik usang untuk proyek tersebut,” kata Juru Bicara Olimpiade Tokyo 2020 Hitomi Kamizawa, dikutip dari DW. “Kami berterima kasih atas kerja sama semua orang,” lanjut dia.

Baca Juga: Para Sosok di Balik ABADAN: Ketika Sampah dan Olahannya Mengetuk Pintu Energi

Kumpulkan bahan daur ulang selama 2 tahun

Proyek ini memanfaatkan fakta bahwa logam mulia bernilai miliaran, seperti emas dan perak digunakan dalam perangkat elektronik.

Ada upaya nasional di Jepang selama dua tahun untuk mengumpulkan bahan daur ulang yang cukup untuk menghasilkan sekitar 5.000 medali perunggu, perak, dan emas Olimpiade.

Proyek itu menjangkau 90 persen kota, kota kecil, dan desa di Jepang, berkat adanya situs penjemputan donasi.

Kampanye daur ulang tersebut menghasilkan 70 pon (32 kilogram) emas, 7.700 pon (3.493 kilogram) perak, dan 4.850 pon (2.200 kilogram) perunggu.

Semuanya berasal dari hampir 80 ton perangkat elektronik kecil seperti ponsel dan laptop lama.

Meskipun upaya daur ulang ini sering tampak mudah, proyek medali harus melibatkan pemerintah pusat, ribuan kotamadya, perusahaan, sekolah, dan komunitas lokal lainnya.

Salah satu perusahaan utama yang terlibat adalah Renet Japan Group dengan filosofi bisnisnya yang berkisar pada keberlanjutan.

“Kami mengembangkan gerakan pengelolaan limbah untuk proyek medali dengan kerja sama dari banyak pemangku kepentingan, dari Pemerintah Jepang hingga masyarakat lokal,” kata Direktur Renet Japan Group Toshio Kamakura.

Ketika proyek ini diluncurkan pada April 2017, hanya ada sekitar 600 kota yang terlibar.

Pada Maret 2019, angka meningkat menjadi 1.600. Peningkatan ini disebabkan oleh kampanye besar-besaran dan adanya titik pengumpulan untuk memudahkan warga yang ingin berkontribusi.

Namun, mengumpulkan perangkat bekas hanyalah langkah pertama.

Setelah proses pembongkaran, ekstraksi dan pemurnian oleh kontraktor, bahan daur ulang kemudian dicetak ke dalam konsep desain Junichi Kawnishi.

Kendati demikian, konsep daur ulang untuk medali bukanlah hal baru.

Pada Olimpiade Rio 2016, 30 persen bahan untuk membuat medali emas dan perak diperoleh dari bahan daur ulang, seperti suku cadang mobil dan permukaan cermin.

Menyambut Olimpiade Paris 2024 dengan salah satu tema utamanya perbaikan lingkungan, ada harapan bahwa langkah Jepang ini akan menjadi preseden.

Sebagai informasi, 53,6 juta ton atau 7,3 kilogram sampah elektronik per orang diproduksi secara global pada 2019.

Angka itu setara dengan 350 kapal pesiar seukuran Queen Mary 2.

Limbah elektronik telah melonjak lebih dari seperlima dalam lima tahun terakhir di tengah meningkatnya permintaan untuk gawai, dengan sebagian besar siklus hidup yang pendek dan sedikit pilihan untuk perbaikan.

Kurang dari seperlima dari sisa akhirnya dikumpulkan dan didaur ulang dengan benar, sehingga menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan yang serius.

ShareTweetSend
Previous Post

Selama Pandemi, Erick Thohir Fokuskan Dana CSR BUMN ke 3 Sektor Ini

Next Post

Bupati Paser:Perda Kaltim RZWP3K untuk kesejahteraan masyarakat pesisir

Discussion about this post

No Result
View All Result
  • 4 ALASAN KENAPA KAMU HARUS MEMBUKA USAHA SENDIRI

    4 Alasan Kenapa Kamu Harus Membuka Usaha Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah CSR Dunia ke Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bersiap! Program Beasiswa Gratispol Segera Dibuka, Begini Mekanisme Pendaftarannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi! Mulai 14 Februari, Pembayaran Parkir Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Secara Non-Tunai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Cecep, PNS yang Sukses Jadi Petani Hidroponik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Go CSR Kaltim merupakan media digital yang berfokus pada bidang Corporate Social Responsibility (CSR). Media ini berdiri dibawah manajemen PT Seraung Multi Media.

Contact Us

Jalan Wijaya Kusuma XII Nomor 7
Samarinda – Kalimantan Timur 75243

 

admin@gocsrkaltim.com

+62 541 590 2010

  • About Us
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

Our Segment

  • Advertorial
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Semua
  • Serba Serbi

Afiliasi:

No Result
View All Result
  • Home
  • CSR News
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Jurnal Asa
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
  • About Us
  • Contact

© 2024