GoCSRKaltim – Kalimantan Timur tak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga menyimpan warisan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah tenun Doyo—kain tradisional khas yang menjadi identitas budaya Suku Dayak Benuaq. Ditenun dengan teknik turun-temurun dan penuh makna filosofis, tenun Doyo kini kian bersinar, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian panggung mode internasional.
Asal-Usul dan Bahan Alami Tenun Doyo
Nama “Doyo” diambil dari bahan utama benangnya, yaitu daun doyo (Curliglia latifolia), tanaman liar yang tumbuh di hutan Kalimantan Timur dan dikenal memiliki serat yang kuat. Berbeda dengan tenun berbahan benang kapas atau sutra, serat doyo memberikan tekstur khas dan daya tahan tinggi yang membuat kain ini unik sekaligus ramah lingkungan.
Tenun ini telah lama menjadi bagian dari upacara adat dan pakaian tradisional masyarakat Dayak Benuaq. Pada 2013, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia, memperkuat statusnya sebagai pusaka budaya yang wajib dilestarikan.
Motif dan Filosofi dalam Setiap Helai
Keistimewaan motif tenun Doyo terletak pada makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Rancangan motif biasanya terinspirasi dari alam, spiritualitas, dan sejarah, menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Kita bisa menemukan motif berbentuk binatang hutan, tumbuhan, hingga kisah mitologis seperti pertempuran manusia dan naga, yang menyiratkan nilai-nilai kehidupan dan perlindungan alam.
Warisan yang Diajarkan Tanpa Kata
Proses menenun tenun Doyo bukan sekadar praktik kerajinan, melainkan bentuk pendidikan budaya yang diwariskan secara oral dan visual. Para perempuan Dayak Benuaq mulai belajar sejak usia remaja, tanpa sekolah formal, melainkan dengan mengamati dan meniru ibu serta para tetua. Tradisi ini menjadikan tenun Doyo sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dan simbol peran penting perempuan dalam pelestarian budaya.
Melangkah ke Dunia Mode Internasional
Dalam beberapa tahun terakhir, tenun Doyo berhasil menembus industri fashion modern. Sejumlah desainer ternama tanah air seperti Defrico Audy, Itang Yunasz, Sofie, Billy Tjong, dan Ian Adrian telah memadukan elemen tradisional ini ke dalam koleksi busana kontemporer mereka, bekerja sama dengan Pemprov Kalimantan Timur untuk mempromosikan wastra lokal ke panggung nasional dan global.
Bahkan, pada tahun 2018, tenun Doyo mencuri perhatian di mata dunia ketika Istituto di Moda Burgo Jakarta mengundang desainer asal Italia seperti Biagio Belsito dan perwakilan dari rumah mode Dolce & Gabbana. Dalam kesempatan tersebut, mereka mengeksplorasi teknik draping dengan menggunakan kain tenun Doyo, sebuah bukti bahwa kain tradisional Indonesia memiliki nilai artistik dan komersial tinggi.
Tenun Doyo dan Gerakan Sustainable Fashion
Di tengah tren global menuju fesyen berkelanjutan (sustainable fashion), tenun Doyo tampil sebagai alternatif ramah lingkungan. Proses pembuatannya yang alami dan manual, tanpa penggunaan mesin atau bahan kimia sintetis, menjadikannya produk etis yang mendukung pengurangan jejak karbon. Selain itu, pengambilan bahan baku dari alam secara bertanggung jawab juga menjadi praktik konservasi lingkungan yang patut dicontoh.
Menariknya, diperlukan sekitar 20 tahap dan waktu hingga satu bulan untuk menghasilkan satu lembar kain tenun Doyo. Proses yang panjang ini tidak hanya menunjukkan kerumitan dan kualitas karya, tetapi juga mencerminkan dedikasi tinggi para penenun dalam menjaga kesinambungan tradisi leluhur.
Menjaga Tradisi, Meraih Dunia
Tenun Doyo bukan hanya kain tradisional; ia adalah narasi sejarah, simbol identitas, dan harapan masa depan. Dalam geliat modernisasi, upaya pelestarian budaya seperti ini harus terus mendapat dukungan dari pemerintah, industri, dan masyarakat luas.
Dengan mengusung nilai-nilai kearifan lokal dan keberlanjutan, tenun Doyo membuktikan bahwa warisan budaya Indonesia mampu bersaing dan bersinar di panggung global, menjadi kebanggaan yang layak kita jaga bersama. (NHW)
Discussion about this post