GoCSRKaltim – Masih banyak yang memandang ajang pemilihan duta seperti Duta Wisata, Duta Bahasa, hingga Duta GenRe (Generasi Berencana) hanya sebagai kegiatan seremonial semata. Tak jarang, peserta ajang duta dianggap sekadar “penerima tamu” atau “pajangan selempang”. Namun, benarkah demikian?
Faktanya, ajang-ajang duta yang kerap digelar oleh instansi pemerintah maupun lembaga swasta ini justru memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter generasi muda dan memperkuat peran mereka dalam pembangunan sosial serta budaya di daerah.
Ajang Edukatif di Luar Sekolah Formal
Pemilihan duta bukan sekadar kompetisi kecantikan atau kepopuleran. Proses seleksi hingga pembekalan para finalis biasanya diisi oleh pelatihan intensif bersama para ahli di bidangnya. Misalnya, dalam ajang Duta Wisata, para peserta dibekali pemahaman mendalam tentang potensi pariwisata daerah, strategi promosi berbasis digital, dan pentingnya kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan pentahelix.
Hal serupa juga terjadi dalam ajang Duta Bahasa yang fokus pada kebijakan kebahasaan, pelestarian bahasa daerah, serta keterampilan komunikasi publik. Ini menunjukkan bahwa ajang duta merupakan sarana pendidikan non-formal yang memperluas wawasan sekaligus membentuk kesadaran sosial.
Pemberdayaan Generasi Muda Lewat Soft Skills Strategis
Salah satu kekuatan utama ajang duta adalah pengembangan soft skills yang relevan di dunia nyata. Mulai dari kemampuan berbicara di depan publik, kepemimpinan, kerja tim, hingga manajemen waktu, kompetensi yang jarang ditekankan di bangku sekolah.
Bahkan menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), banyak alumni Duta GenRe merasa lebih percaya diri dalam menyampaikan aspirasi serta menjadi juru bicara isu-isu remaja di tingkat komunitas maupun nasional.
Dari Selempang ke Lapangan: Aksi Sosial Nyata
Menjadi duta tak berhenti pada penampilan di panggung final. Para duta justru memiliki tanggung jawab nyata di lapangan. Mereka aktif mengedukasi masyarakat, mempromosikan potensi daerah, serta menjadi representasi anak muda yang solutif.
Sebagai contoh, para Duta Wisata kerap terlibat langsung dalam kampanye digital untuk mengangkat destinasi lokal, mendukung pelaku UMKM, hingga menggagas kegiatan sosial dan edukasi di sekolah-sekolah. Melalui pendekatan ini, ajang duta menjadi jembatan antara generasi muda dan kebutuhan pembangunan daerah.
Ajang Duta, Jalan Menuju Karier dan Jaringan Lebih Luas
Selain pengembangan pribadi, partisipasi dalam ajang duta membuka peluang karier yang luas. Banyak alumni yang kini berkiprah sebagai presenter, aktivis sosial, konsultan komunikasi, hingga tokoh publik di berbagai sektor.
Dengan bekal keterampilan, pengalaman, dan koneksi yang dibangun selama ajang, para duta memiliki nilai tambah yang membedakan mereka di tengah kompetisi dunia kerja yang semakin ketat.
Testimoni Alumni: Transformasi Nyata Lewat Ajang Duta
Dwie Arum Meynina, Ketua DPD Adwindo Kalimantan Timur, menegaskan bahwa ajang duta merupakan bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia di daerah.
“Pemilihan Duta Wisata adalah strategi pengembangan SDM daerah khususnya dalam Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Para duta dibekali berbagai skill seperti public speaking, digital marketing, hingga keprotokolan. Peran mereka pun strategis sebagai edukator, promotor, dan inisiator yang bersinergi dengan pemerintah dan pelaku pariwisata,” ujarnya.
M. Rifky Maulana, Duta Wisata Manuntung Balikpapan 2015, mengungkapkan bagaimana ajang ini menjadi titik balik dalam hidupnya.
“Buat banyak anak muda, jadi duta bukan cuma soal selempang. Ini tentang pembuktian diri lewat proses panjang: dari minder jadi percaya diri, dari bingung arah jadi punya tujuan. Ajang ini bisa jadi titik balik dan awal perjalanan besar dalam hidup,” jelasnya.
Leliyana Andriyani, Duta Wisata Samarinda 2013, melihat ajang duta sebagai peluang menjadi agen perubahan.
“Ajang duta bukan sekadar lomba, tapi langkah nyata untuk jadi agen perubahan baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. Kita dilatih untuk mengenal potensi, bertumbuh, dan berkontribusi melalui kompetisi yang sehat. Ini soal perubahan, bukan hanya soal siapa kita, tapi apa yang sudah kita lakukan.”
Aldi Riandana, Teruna Kutai Kartanegara 2011, menambahkan bahwa pengalaman menjadi duta telah membentuk karakternya secara menyeluruh.
“Pengalaman jadi Duta membentuk jati diri saya dan bisa berada hingga tahap ini. Bukan soal seremoni, tapi soal belajar menjadi pribadi yang berdampak dan bermanfaat bagi banyak orang. Platform-nya sudah tersedia tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.”
Aie Natasha, Putri Pariwisata Balikpapan 2021, menyebut ajang duta sebagai ruang aktualisasi dan kontribusi nyata.
“Ajang duta adalah panggung aspirasi dan ruang aksi. Dari sini, seseorang bisa menemukan arah hidup, memperkuat advokasi, dan memanfaatkan exposure secara positif untuk berkontribusi bagi masyarakat,” tuturnya.
Membangun Generasi Progresif Lewat Ajang Duta
Agar manfaat ajang duta bisa maksimal, tentu dibutuhkan dukungan yang berkelanjutan. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, organisasi penyelenggara, serta masyarakat sangat penting untuk memastikan peran para duta terus relevan dan berdampak.
Ajang duta bukan sekadar lomba. Ini adalah platform strategis untuk pemberdayaan generasi muda, pengembangan karakter, dan kontribusi terhadap kemajuan daerah. (NHW)
Discussion about this post