GoCSRKaltim. Kampung Ketupat begitu namanya dikenal oleh warga dikawasan Kecamatan Samarinda Seberang. Bahkan konon, kawasan ini sudah ada sejak era kerajaan Kutai Kartanegara.
Sebab kawasan ini menjadi langganan Sultan Sulaiman yang kala itu menjadi Raja di Kerajaan Mulawarman.
Selain itu, wisatawan pun juga akan dimanjakan dengan suasana pesisir sungai dan hembusan angin yang menyegarkan. Ditambah, hidangan khas dari ketupat yang juga disajikan oleh warga setempat.
Adapun kawasan Kampung Ketupat memiliki ciri khasnya , dimana sejumlah warga rajin membuat cangkang ketupat dan membuat ketupat, yang disebut layak menjadi wisata bahari di Kota Tepian.
Melihat hal tersebut, Dinas Pariwisata Kaltim, dalam agenda bincang wisata di kawasan Kampung Ketupat, membicarakan serius masa depan kampung ini. Juga bagaimana meningkatkan kunjungan wistawan di lokasi tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Kaltim,Achmad Herwansyaj pun menyebut bahwa pariwisata memiliki empat pilar, diantaranya pengembangan destinasi wisata, kegiatan industri ekonomi kreatif, pemasaran dan kelembagaan.
“Kita memiliki Perda Perwilayahan Kalimantan Timur Nomor 5 tahun 2022, yaitu destinasi pariwisata provinsi 1 dan 2,” ucapnya kepada awak media Minggu (19/3) lalu.
Untuk itu, kolaborasi program terus dilakukan Pemprov Kaltim melalui Dinas Pariwisata. “Pemerintah, swasta dan masyarakat dengan kolaborasi, kita bisa bangun sektor pariwisata terkhusus kampung wisata kampung ketupat ini,” ungkapnya
Kampung Ketupat ini , disebutnya akan dinobatkan menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi karena ada beberapa obyek wisata lainnya yang saling mendukung.
Misalnya saja, Masjid Tua Shiratal Mustaqiem dan Kampung Tenun Sarung Samarinda. Diresmikan pada 18 Januari 2019, Kampung Ketupat sendiri ikut terus berbenah. Bahkan saat ini sudah ada 128 pengrajin dan mampu menyuplai pasokan ketupat hingga ke luar pulau Kalimantan.
“Perorang pengrajin disini mampu membuat sekitar 300 – 500 ketupat, terlebih jika mendekati hari raya peminat akan semakin bertambah. Setiap 100 pcs dihargai 25.000 rupiah,” ucapnya.
Sementara itu, Iwan sapaannya , menyebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan atraksi di tempat wisata. Seperti tersedianya home stay dan memiliki kemampuan dalam mengemas konten kreatif.
“Jika ketiga hal tersebut dimiliki,maka kedepan dampaknya akan berimbas ke peningkatan perekonomian warga sekitar,” pungkasnya. (bom)
Discussion about this post