GoCSRKaltim. Volume produksi batubara Bayan Resources (BYAN) naik tahun lalu. Melansir laporan kinerja operasional, Selasa (11/4), BYAN memproduksi 38,9 juta ton batubara sepanjang 2022. Jumlah ini naik tipis 3,45% dari realisasi produksi di tahun 2021 sebesar 37,6 juta ton.
Jumlah ini membuat BYAN menempati posisi ketiga deretan emiten dengan jumlah produksi terbanyak tahun lalu, setelah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak 71,9 juta ton dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan produksi 62,9 juta ton batubara.
Meski secara akumulasi naik, produksi batubara BYAN tahun lalu lebih rendah dari target yang dianggarkan sebesar 41,9 juta ton. Tidak tercapainya target produksi ini karena slip geoteknik yang mengurangi jumlah produksi pada kuartal pertama 2022.
“Secara operasional, tahun 2022 merupakan periode yang penuh tantangan, dengan curah hujan yang jauh lebih tinggi daripada yang diantisipasi yang mengurangi volume produksi dan menyebabkan slip geoteknik di tempat pembuangan limbah Tabang,” tulis manajemen BYAN.
Pada kuartal keempat 2022, jumlah produksi batubara BYAN mencapai 11,1 juta ton, naik dari produksi di kuartal ketiga 2022 yang sebesar 10,9 juta ton.
Dari sisi penjualan, emiten yang dinakhodai taipan Low Tuck Kwong ini menjual 39,9 juta ton batubara sepanjang 2022. Jumlah ini menurun 1,23% dari produksi di tahun 2021 yang sebesar 40,4 juta ton.
Bayan menduduki peringkat ke-3 berdasarkan volume penjualan di Indonesia, setelah BUMI dengan total penjualan 69,4 juta ton dan ADRO dengan total penjualan 61,3 juta ton.
Manajemen memprediksi, volume penjualan Bayan akan tetap sama dengan tahun 2021 hingga jalan angkut batubara baru ke Sungai Mahakam dan fasilitas pemuatan tongkang pertama selesai pada akhir tahun 2023.
Hal ini akan memungkinkan Bayan untuk memperluas produksi di Tabang dan meningkatkan produksi di angka lebih dari 60 juta ton per tahun.
Hanya saja, di tengah penurunan volume penjualan, BYAN mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Hal ini disebabkan naiknya harga jual rata-rata alias average selling price (ASP).
ASP rata-rata keseluruhan tahun 2022 sebesar US$ 117,9, dimana ini jauh lebih tinggi dari ASP yang dianggarkan sebesar US$ 64,0 per ton.
Pada kuartal keempat sendiri, ASP yang direalisasikan BYAN mencapai US$ 114,1 per ton, lebih tinggi dari ASP yang dianggarkan manajemen yakni di kisaran US$ 55,5 per ton. Namun, ASP di kuartal keempat 2022 lebih rendah dari kuartal ketiga 2022 yang mencapai US$ 125,2 per ton, karena menurunnnya harga tetap (fixed price) tertentu yang dinegosiasikan ulang mulai dari kuartal ketiga 2022 dan harga pasar mulai lebih rendah.
BYAN membukukan laba bersih senilai US$ 2,17 miliar sepanjang 2022. Realisasi ini naik 79,7% dari pendapatan BYAN di tahun 2021 yang hanya US$ 1,21 miliar atau setara Rp 18,7 triliun.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan. Emiten pertambangan batubara ini mencatatkan pendapatan senilai US$4,70 miliar. Jumlah ini naik 64,8% dari pendapatan di akhir 2021 yang hanya US$ 2,85 miliar.
Discussion about this post