Sungai karang mumus merupakan anak sungai mahakam yang memiliki panjang 47 km. Sungai yang berhulu di Desa Muara Datar, Muara Badak, Kutai Kartanegara ini dulunya menjadi sumber kehidupan dan identik dengan kota Samarinda karena sebagian besar alirannya melintasi kota Samarinda. Kini sungai karang mumus hanyalah comberan dan nyaris mungkin akan menjadi tempat sampah terpanjang di dunia apabila masyarakat masih berbudaya membuang sampah ke sungai karang mumus.
Melihat perubahan buruk yang terjadi pada sungai karang mumus dari 40 tahun silam, Misman lantas mendedikasikan hidupnya untuk merawat sungai karang mumus.
“Sungai karang mumus bukan diperuntukan hanya untuk manusia saja, tapi ada banyak makhluk lainnya yang hidup di dalamnya. Ada banyak biota air yang memerlukan kehidupan air yang sehat.” Ujar Misman.
Misman mengaku tidak mengenal hari dalam melakukan aksinya untuk memungut sampah di sungai karang mumus, hari apa saja bisa dilakukan, tidak perlu menunggu peringatan hari sampah, hari lingkungan dan hari air. Misman berharap lewat aksinya dalam memungut sehelai sampah ini paling tidak bisa menjadi budaya sekaligus sindiran bagi warga yang masih gemar membuang sampah ke sungai.
Tak hanya bertujuan menyadarkan, tapi Gerakan Memungut Sehelai Sampah juga bertujuan mengajarkan kepada masyarakat tentang fungsi sungai melalui Sekolah Sungai Karang Mumus (SeSuKaMu). Misman menjelaskan bahwa penyebab banjir bukan karena sungai tetapi habisnya ruang air dan sungai yang terdiri dari bukit, lembah, rawa dan tumbuhan liar lainnya.
Gerakan Memungut Sehelai Sampah tidak sepenuhnya bertujuan menghabiskan sampah di sungai karang mumus, melainkan menghabiskan kebiasaan buruk masyarakat yang menjadikan sungai sebagai tempat sampah.
“Kalau kami, kita dan kawan-kawan relawan ini memungut sehelai sampah, janganlah Anda membuang walaupun hanya setetes, sehelai, atau sebutir sampah ke sungai karang mumus. Jadi itu maksudnya” ujar Misaman menegaskan.
Selama ini masih banyak warga beranggapan bahwa sungai menjadi tempat sampah, sehingga mereka dengan seenaknya membuang sampah ke sungai karena dianggap cara termudah menyingkirkan barang yang sudah tidak dipakai lagi, ketimbang harus ke tps yang jauh.
Baca Juga : Para Sosok di Balik ABADAN: Ketika Sampah dan Olahannya Mengetuk Pintu Energi
“Pola pikir warga yang suka membuang sampah ke sungai inilah yang harus dirubah, dengan kami terus berkegiatan lewat edukasi di Sekolah Sungai dan GMSS-SKM.” lanjut Misman
Melalui pangkalan pungut yang ada di Jl. Abdul Muthalib Misman dan kawan-kawan relawan semampunya bergerak memungut sehelai sampah dan mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Sedangkan lewat Sekolah Sungai Karang Mumus yang ada di Muang Ilir Misman dan kawan-kawan punya tujuan untuk mendidik, guna membangun restorasi ekologi: membangun ekosistem sungai karang mumus dengan berbagai kegiatan seperti menjaga, merawat, menanam pohon untuk pengayaan vegetasi sungai karang mumus.
Walaupun tidak banyak masyarakat yang turun dalam kegiatan sosial ini karena kegiatan ini memang tidak mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi, tetapi GMSS-SKM tidak berhenti begitu saja dan terus bergerak hingga mampu bertahan dari 2015 hingga sekarang.
Discussion about this post