GoCSRKaltim – Program budidaya jamur merupakan salah satu program CSR unggulan PHKT bertajuk Program Semur Cendawan (Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan) di Kelurahan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara yang telah dimulai sejak awal tahun 2022 lalu.
Penerapan inovasi dibutuhkan sehingga PHKT menerapkan inovasi kemitraan melalui Model Bisnis Inti Plusma. Serta, menambahkan inovasi alat dari limbah non-B3 perusahaan, yaitu Sterilisasi Media Jamur dalam Bejana (Semenjana).
Model Bisnis Inti Plusma merupakan model bisnis kemitraan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pelaku usaha inti. Kemitraan ini dengan memperlihatkan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Wahab, Ketua Kelompok Bintang Jamur binaan PHKT bercerita, sebelum adanya inovasi oleh PHKT proses produksi jamur masih konvensional, pada program Semur Cendawan, budidaya jamur hanya dilakukan dengan skala kecil dan upaya pemanfaatan limbah serbuk kayu tidak maksimal.
“PHKT telah mengubah sistem budi daya jamur yang konvensional menjadi budidaya jamur dengan produktivitas tinggi melalui penggunaan teknologi tepat guna sederhana sehingga mudah diaplikasikan dan diikuti,” ungkap Wahab, melalui keterangan pers, Jumat (17/11/2023).
Keberhasilan proses budidaya jamur sangat bergantung pada pertumbuhan myselium spora jamur yang sangat dipengaruhi oleh kondisi media tanam atau baglog. Proses sterilisasi baglog ini akan sangat menentukan keberhasilan tumbuhnya miselium jamur.
Cara lama sterilisasi baglog, yakni cara sterilisasi konvensional dengan menggunakan drum bekas dan membutuhkan waktu sekitar 9-12 jam. Atau, setara dengan 1 tabung elpiji 3 kg untuk mensterilisasi 120 baglog.
Mengatasi proses yang dinilai kurang efisien dalam penggunaan energi elpiji, PHKT DOBS berhasil menciptakan teknologi tepat guna sederhana, berupa alat Semeajaaa EMENJANA (Sterilisasi Media Jamur dalam Bejana).
Semenjana dibuat menggunakan limbah Non-B3 PHKT berupa pelat besi dan penggunaan insulasi yang maksimal yang mampu menghemat energi hingga 50 persen. Sejak penggunaan Semenjana, proses sterilisasi 240 baglog hanya berlangsung sekitar 4-5 jam, sehingga sangat hemat energi dari elpiji 3 kg.
Menurut Dony selaku Manager Communication Relations & CID PHI, Program Semur Cendawan tidak hanya menghasilkan nilai tambah ekonomi saja, namun berkontribusi terhadap pemanfaatan limbah serbuk kayu sebesar 240 ton per tahun.
Program ini juga berkontribusi ke pengurangan emisi rumah kaca sebesar 40,77 ton CO2 per tahun. Selanjutnya efisiensi pada proses sterilisasi dengan alat Semenjana mampu mengurangi heat loss 0,37GJ per tahun.
“Sejalan dengan kebijakan PT Pertamina (Persero) kami terus mendorong operasi dan bisnis yang ramah lingkungan, kami mendukung setiap inovasi yang bisa menyelamatkan dan melestarikan lingkungan sebagai mitigasi dan adaptasi perubahan iklim termasuk dalam program CSR perusahaan,” tutup Dony.
Disadur dari Kompas
Discussion about this post