GoCSRKaltim – Sobat Go, sering nggak sih dengar semboyan ini?
Lambang Kalimantan Timur berbentuk perisai bersudut lima dan terdapat tulisan Ruhui Rahayu yang merupakan cita-cita mencapai masyarakat adil, makmur, aman, tenteram, dan diridhoi Tuhan YME.
Kalian tau nggak sih apa artinya?
Ternyata, semboyan Ruhui Rahayu diambil dari semboyan Bahasa Banjar yang memiliki arti rukun-damai dan tenteram-harmonis.
Lalu, gimana sih sejarahnya?
- Pada tahun 1965, Gubernur Kalimantan Timur, Abdoel Moeis Hassan, menghadapi kekecewaan karena provinsi yang telah berumur hampir delapan tahun belum memiliki lambang resmi. Sayembara yang diadakan untuk menemukan desain lambang tak memberikan hasil yang memuaskan.
- Di tengah kegundahan itu, Moeis Hassan menunjuk Muhammad Ardans, seorang pegawai muda yang pernah menjadi aktivis Partai Nasional Indonesia (PNI) bersamanya, untuk memimpin Panitia Lambang Daerah.
- Moeis Hassan kemudian membuka tantangan bagi pegawai birokrasi di Kalimantan Timur untuk menciptakan lambang yang sesuai. Tantangan ini disambut oleh Soehadji, seorang dokter hewan yang juga ahli desain.
- Ia mengajukan konsep lambang berbentuk perisai bersudut lima dengan simbol-simbol khas Kalimantan Timur, seperti mandau, sumpit, tetesan minyak, dan damar. Namun, semboyan yang awalnya berbunyi “Bujur Banar Ruhui Rahayu” mengalami perubahan.
- Moeis Hassan merasa kata “bujur” tidak tepat karena dalam bahasa Sunda memiliki makna yang kurang pantas. Akhirnya, semboyan disederhanakan menjadi “Ruhui Rahayu,” yang berarti damai dan harmonis.
- Lambang tersebut akhirnya disetujui DPRD Kaltim dan diresmikan melalui Peraturan Daerah Nomor 1 pada 20 November 1965. Lambang dengan semboyan “Ruhui Rahayu” kini menjadi identitas penting bagi Provinsi Kalimantan Timur, mencerminkan semangat kedamaian dan keharmonisan di wilayah tersebut.
Kenapa diambil dari Bahasa Banjar?
Sejak zaman dahulu, sebelum batas-batas administratif provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur ditetapkan, masyarakat suku Banjar telah mendiami Kota Samarinda dalam jumlah yang signifikan.
Interaksi yang panjang dan intens di antara mereka telah melahirkan sebuah dialek Banjar yang unik dan khas, yang kemudian menjadi bahasa pergaulan sehari-hari di kota ini. Akar sejarah yang dalam dan kuat inilah yang menjadikan bahasa Banjar begitu melekat di kalangan masyarakat Samarinda.
Discussion about this post