Jurnal Asa – Kampung Dongeng Etam, sebuah komunitas literasi berbasis dongeng yang ada di Kaltim. Fitri Susilowati merupakan pendiri kampung dongeng etam, saat itu pada tahun 2012 masyarakat masih belum mengenal apa itu kampung dongeng. Hingga pada tahun 2015 berkat keaktifan kegiatan dari kampung dongeng dalam menyampaikan dongeng tentang hutan kaltim dan hewan-hewan endemic kaltim, saat itulah akhirnya kampung dongeng mulai dikenal sehingga mulai bersinergi dengan banyak orang dan Lembaga.
“Pada dasarnya anak-anak itu butuh diajak ngobrol. Mereka membutuhkan pembelajaran yang asik tanpa merasa digurui atau disuruh” terang Bunda Fitri.
Menurut Bunda Fitri, pada zaman sekarang peran dongeng itu sudah tidak lagi sebatas untuk anak-anak tapi juga masyarakat secara luas. Seperti karya sastra hikayat yang bisa menjadi teladan, story telling yang dapat berperan penting dalam strategi marketing berbagai usaha dan cerita nabi yang disampaikan oleh dai-dai yang tentunya juga mengandung pesan secara lingkungan, kehidupan dan ekonomi.
Karakter-karakter yang dihadirkan adalah hewan-hewan endemic seperti burung enggang yang diberi nama Enggi, Pesut yang diberi nama Uut dan Orangutan yang diberi nama Tatan. “Tatan itu sifatnya pintar, ceria, tapi jarang mandi. Enggi lebih bijaksana, sedangkan Uut baik hati namun pemalu. Cerita dongengnya seputar persahabatan atau anjuran moral seperti tidak boleh membuang sampah di sungai yang membuat Uut jadi sedih,” terang Bunda Fitri.
Baca Juga: Sejangkauan Tangan Samarinda: Bentuk Langkah Kecil Untuk Mensejahterakan yang Membutuhkan
Nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui dongeng dari kampung dongeng etam lebih kepada kearifan lokal yang ada Kaltim sendiri. Melalui dongeng pesan akan kesadaran untuk menjaga lingkungan lebih ditonjolkan sehingga saat anak-anak beranjak dewasa ia selalu mengingat untuk tidak membuang sampah sembarangan, menjaga air dan merawat flora dan fauna. Tak hanya berdampak saat telah dewasa, melalui dongeng, anak-anak diajarkan sejak dini untuk meniru tata krama yang baik tentunya lewat tutur cerita dan kosakata yang baik dalam cerita dongeng.
“Dengan mendongeng kita dapat menyampaikan pandangan hidup yang bagus dan benar untuk bekal anak-anak di masa yang akan datang” jelas Bunda Fitri.
Bagi Bunda Fitri, terdapat rasa bangga dan kepuasan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata ketika melihat anak-anak mulai mengamalkan apa yang mereka dengar dari sebuah dongeng. Seperti anak-anak yang ada di sekitar kampung dongeng di Jl. Pramuka A No. 156 Samarinda, mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan dan mereka juga lebih menjaga tutur katanya. Mereka juga jadi saling mengingatkan satu sama lain.
Melihat antusiasme anak-anak menjadi hal yang menyenangkan bagi kampung dongeng itu sendiri. Apalagi, saat ini tak sedikit orangtua yang meninggalkan kebiasaan mendongeng, dengan alasan sibuk dan anaknya hanya diberi gadget. Padahal, dongeng lebih mengena, karena nilai-nilai dongeng lebih menancap di benak anak-anak.
Baca juga: Cara Download Windows 10 Original
Oleh sebab itu kampung dongeng terus berupaya dalam meningkatkan serta mengajak orang tua, kakek-nenek dan kakak-kakak agar mau mendongeng untuk anak-anak melalui berbagai program seperti:
· Kelas Dongeng Anak
· Dongeng Ceria di Kapal Pesut Etam
· Outbound Parenting
· Pekan Ceria setiap Minggu
· Panggung Anak Ceria di Islamic TV setiap Rabu
· Super Mom Art & Craft setiap Sabtu Malam di IGTV @Kado.Kaltim
· Parenting Sabtu Sore IGTV
· ACI di RRI setiap 2 Minggu sekali
· Setoran Dongeng di RRI (tentative)
· Ramadhan Ceria ( Mendongeng di Lembaga / instansi/ sekolah)
Bagi Kampung Dongeng Etam, mendongeng tak harus berasal dari kisah-kisah di buku cerita. Bisa juga melalui cerita buatan pendongeng itu sendiri. Selama memuat nilai moral baik dan mengasyikkan bagi anak.
Discussion about this post