SAMARINDA. Kementerian Kesehatan RI melaporkan, sebagian wilayah perbatasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, di Kaltim, termasuk kawasan berstatus endemis tinggi kasus malaria di Indonesia.
“Peta endemisitas malaria 2022 sebagian besar di wilayah timur, Papua, Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Timur (Kaltim),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi kepada awak media.
Imran mengatakan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) di Kaltim, termasuk kawasan yang berkontribusi pada angka kasus malaria nasional. Angkanya tercatat mencapai 1.228 kasus pada 2022.
Kasus malaria di PPU memiliki angka Annual Parasite Incidence (API) atau angka infeksi sebesar 7,6 dari batas aman kurang dari 1. Sehingga dikategorikan sebagai endemis tinggi malaria.
Senada, Ketua Tim Kerja Malaria dari Direktorat P2PM Kementerian Kesehatan RI, Hellen Dewi Prameswari mengatakan 60 persen wilayah IKN berdomisili di Kabupaten PPU dan 40 persen lainnya masuk dalam wilayah Kutai Kartanegara (Kukar).
“PPU itu seperti muara kasus, karena berada di lintas batas wilayah IKN dengan Kukar. Wilayah itu masih endemis tinggi, yang titiknya ada di perbatasan,” bebernya.
Data Kemenkes melaporkan dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, empat di antaranya sudah berstatus eliminasi malaria, dua kabupaten/kota endemis rendah, tiga kabupaten/kota endemis sedang, dan satu endemis tinggi yaitu PPU.
“Permasalahan di sana karena perambah hutan. Sehingga kami ingin selesaikan itu,” bebernya.
Sebelumnya, Malaria di Kaltim disebut masih tinggi. Bahkan, disebutkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, kasus yang ada melebihi 1000 kasus pada April lalu.
Kepala Dinkes Kaltim, dr Jaya Mualimin menjelaskan angka ini berdasarkan data E-Sismal 2023. Dimana pada April telah tercatat suspek malaria sebanyak 4.618. Namun setelah menjalani pemeriksaan, ditemukan 1.157 pasien yang dinyatakan positif malaria.
“Iya, jadi per April, kasus malaria menembus angka lebih 1000 kasus,” ucapnya pada awak media.
Dirinya menyebut, hampir seluruh kabupaten/kota terdapat kasus positif malaria. Tetapi 4 wilayah tercatat sebagai penyumbang tertinggi. Sementara kasus di wilayah kota dan Kabupaten Kukar, ada berasal dari luar daerah tersebut. “Kasus tertinggi terjadi di Kutai Timur, Berau, PPU, dan Paser,” bebernya.
Berikut sebaran Kasus Malaria di 10 kabupaten/kota yang ada di Kaltim. Kutai Timur , suspek (795), positif malaria (340). Berau, suspek (916), positif malaria (228). PPU, suspek (658) , positif malaria (183). Bontang, suspek (197), positif malaria (119). Paser, suspek (447), positif malaria (111). Balikpapan , suspek (260) , positif malaria (89). Samarinda, suspek (423), positif malaria (42).Kukar, suspek(417), positif malaria (24). Kutai Barat, suspek (404), positif malaria (20) dan Mahakam Ulu, suspek (71), positif malaria (1) .
“Kasus di daerah Samarinda, Balikpapan, dan Kukar, merupakan kasus yang berasal dari luar daerah tersebut,” bebernya.
Namun demikian, Jaya menegaskan dari total 1.157 positif kasus malaria yang ditemukan, ini masih berupa data sementara faskes.
Tentunya diperlukan validasi terkait temuan-temuan kasus tersebut. “Validasi data malaria masih berjalan, jadi data masih bisa untuk berubah,” tutupnya. (bom)
Discussion about this post