GoCSRKaltim – Indonesia menghadapi tantangan serius terkait limbah makanan, di mana sekitar 23–48 juta ton makanan terbuang setiap tahun. Limbah ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Menjawab tantangan ini, Enable Project, sebuah platform yang fokus pada pengelolaan limbah organik, hadir dengan misi meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Melalui dukungannya terhadap SDGs 12—yang menekankan pentingnya konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab—Enable Project berkomitmen untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.
Sebagai langkah nyata, Enable Project sukses menyelenggarakan “Food Waste Warrior Workshop“ pada 24 Oktober 2024 secara daring, sebuah inisiatif kolaboratif yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang pengelolaan limbah makanan dan mendorong ekonomi sirkular.
Workshop ini diadakan untuk memperingati Hari Pangan Sedunia, dengan berbagai narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu Didi Kaspi Kasim (Editor in Chief National Geographic Indonesia), Dr. Onesimus Patiung, S.Hut., M.P (Direktur Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana Otorita IKN), Hafidz Annazly (CMO dan pendiri Enable Project), dan Yoga Fauzan (pendiri Hareudang Bandung).
Dalam paparannya, Didi Kaspi Kasim, yang juga seorang Social Eco Journalist mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola sampah. “Melalui tema besar ‘Bumi atau Plastik?’, National Geographic Indonesia ingin mengajak masyarakat melakukan perubahan perilaku sehari-hari, menjadi lebih bijak dan bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan. Gerakan #SayaPilihBumi adalah langkah kecil yang bisa kita ambil untuk memulai perubahan dari diri sendiri,” jelasnya. Menurutnya, perubahan gaya hidup dalam pengelolaan limbah plastik dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan.
Di sisi lain, Dr. Onesimus Patiung, S.Hut., M.P. menyampaikan keynote speech yang relevan dengan visi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). “Nusantara Forest City akan menjadi kota yang mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dengan pembangunan modern. Mengelola limbah pangan adalah bagian penting dari konsep kota hijau yang kami rancang,” paparnya. Ia juga menekankan bahwa workshop seperti ini sangat diperlukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam mendukung konsep ekonomi sirkular di kota masa depan.
Bagi Hafidz Annazly, berbagi tentang strategi tantangan dalam mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan limbah. “Perubahan kebiasaan butuh pendekatan strategis. Melalui program ini, kami ingin menjangkau lebih banyak audiens dan memberi mereka pemahaman bahwa tindakan kecil sehari-hari dapat mengurangi dampak limbah pangan secara signifikan,” jelas Hafidz.
Sedangkan dari sudut pandang Yoga Fauzan, menekankan pentingnya kreativitas dalam menyuarakan isu-isu lingkungan. “Seni dan kreativitas punya kekuatan untuk menyuarakan isu penting seperti food waste. Melalui kolaborasi lintas sektor, kita bisa menyentuh lebih banyak orang dengan cara yang kreatif dan relevan,” kata Yogaf.
Dengan kehadiran 115 peserta dari berbagai provinsi dan latar belakang, Enable Project berharap aksi kolaboratif ini dapat menjadi awal dari upaya besar untuk mengatasi permasalahan limbah pangan di Indonesia.
Sebagai pendiri dan CEO Enable Project, Aie Natasha, menyampaikan harapannya agar inisiatif ini dapat menciptakan ekosistem yang mendukung pengelolaan limbah pangan yang lebih baik.
“Saya berharap melalui gerakan kolaboratif ini, kita bisa terus memberikan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat dan menciptakan ekosistem yang mendukung ekonomi sirkular dalam pengelolaan limbah pangan,” tutur Aie Natasha.
Workshop ini turut mengadakan social media challenge yang disponsori oleh Purunea, guna meningkatkan partisipasi publik setelah acara berakhir. Enable Project berharap, kolaborasi lintas sektor ini dapat menjadi landasan yang kokoh dalam mengatasi masalah limbah pangan di Indonesia dengan cara yang kreatif dan berkelanjutan. (Adv)
Discussion about this post