GoCSRKaltim. Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Samarinda berunjuk rasa menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Unjuk rasa tersebut mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Kaltim Membara, berlangsung di depan gerbang masuk kantor Gubernur Kaltim, pada Selasa (6/9) . Aksi berlangsung mulai siang hingga malam hari.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa pun kembali membongkar pagar kantor Gubernur Kaltim hingga roboh. Bahkan mereka juga sempat melakukan aksi dorong-mendorong dengan aparat kepolisian dan TNI yang berjaga.
Humas aksi, Ferhat mengatakan unjuk rasa itu untuk menyampaikan bahwa masyarkat Kaltim menolak kebijakan kenaikan BBM bersubsidi.
“Kami sebut ini aksi jilid pertama, karena kami akan turun lagi selanjutnya dengan massa yang lebih besar. Untuk tuntutan kami ada beberapa point. Tapi yang isu besarnya adalah masyarakat Kaltim menolak kenaikkan BBM,” ujarnya.
Pihaknya juga mengevaluasi BPH Migas, karena sejauh ini memiliki kinerjanya dianggap sangat tidak memuaskan dan masuk kategori buruk.
Ferhat menambahkan, di Kaltim sendiri BBM bersubsidi jenis solar sangat langka. Pihaknya menduga ada dalang di balik fenomena kelangkaan solar ini. Makanya, pihaknya mengevaluasi agar BPH Migas menjalankan fungsinya dengan tegas.
Menurut Ferhat, di tengah naiknya harga BBM dan pencabutan subsidi tak bisa dipungkiri akan disusul dengan angka inflasi yang meningkat seiring dengan naiknya harga bahan pokok dan pangan.
“Makanya kami juga minta Pemprov Kaltim untuk menjamin dan menjaga kestabilan harga bahan pokok dan pangan. Kami juga meminta payung hukum yang jelas perihal BBM subsidi, karena kita tak bisa pungkiri di setiap SPBU, khsusunya mobil-mobil mewah juga antre BBM bersubsidi. Bahkan petugas dan oknum penimbun bekerja sama,” kata Ferhat.
Ia kembali menegaskan, aksi-aksi selanjutnya bakal terus berlangsung selama belum ada kebijakan yang dirasa terang dan merakyat.
“Aksi ini akan kami lakukan berjilid-jilid, sampai kita menang, dan bukan hanya kali ini. Kami akan turun di tempat-tempat selanjutnya, bahkan kami ada wacana untuk memboikot SPBU di Samarinda,” tutur Farhat.
Dalam aksi kali ini, lanjut Ferhat, pihaknya ingin mengetahui sikap Pemprov Kaltim.
“Gubernur harus turun. Kita tidak akan mau masuk, tapi mereka yang menemui kita. Sekalipun Presiden Jokowi yang ada di dalam, kami tidak akan masuk, tapi mereka yang temui kami,” tegasnya.
Menyikapi permintaan mahasiswa, Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi pun turun menemui mahasiswa. Dirinya menyebut, mendukung upaya penolakan kenaikan BBM.
“BBM naik bukan masalah rakyat Kaltim, tapi masalah seluruh indonesia. Saya bersepakat meminta Jokowi Pemerintah Pusat, untuk mengevaluasi kenaikan harga BBM , ” ucapnya.
Namun dari hasil orasi Wagub Kaltim tersebut, mahasiswa pun tidak merasa puas. Mereka tetap menduduki halaman kantor Gubernur Kaltim hingga malam hari.
Mahasiswa pun melakukan berbagai orasi dan menyebut bahwa Pemprov Kaltim tidak benar-benar bersepakat menolak keputusan pemerintah pusat. (bom)
Discussion about this post