Jumat, Juni 13, 2025
  • Contact
  • About Us
Go CSR Kaltim
  • Home
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
No Result
View All Result
  • Home
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
No Result
View All Result
  • Contact
  • About Us
Go CSR Kaltim
No Result
View All Result
Home Masyarakat Harus Tahu

Belian Namang: Tradisi Kutai Adat Lawas yang Kini Diambang Kepunahan

November 7, 2024
in Masyarakat Harus Tahu
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

GoCSRKaltim – Belian Namang merupakan salah satu tari ritual yang sering dijumpai saat upacara adat. Belian Namang bukan cuma tarian biasa. Bagi warga Desa Kedang Ipil, Kecamatan Kota Bangun Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Belian Namang adalah bentuk penghormatan kepada leluhur.

Melambangkan perjalanan masyarakat menuju pertemuan dengan Dewa demi memohon izin dan restu atas kegiatan yang akan mereka lakukan agar dijauhkan dari gangguan roh jahat. 

Keunikan Gerakan Belian Namang

Dalam bahasa Kutai, “belian” berarti berputar, menggambarkan gerakan khas tari ini yang mengandung simbolisasi perjalanan ke kayangan.

Gerakannya tidak hanya melambangkan terbang murni, melainkan modifikasi gerakan berputar yang sangat cepat sambil memegang benyawan (janur kuning) di tengah panggung.

Tarian ini menggabungkan gerakan dengan mantra yang dibacakan oleh seorang sesepuh, dan karena pengucapan mantranya yang sulit, tidak semua orang dapat mempelajarinya.

Pengakuan Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Pada 2021, Belian Namang resmi jadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kemendikbudristek RI.

Status ini adalah pengakuan untuk warga Kedang Ipil yang setia menjaga tradisi ini. Meski sudah diakui, tantangan ada di depan, khususnya soal regenerasi. Diperlukan dukungan dari pemerintah biar anak muda tetap mengenal dan melestarikan budaya ini.

Ritual Penyucian Jiwa

Belian Namang punya makna khusus dalam ritual penyucian jiwa, biasanya diadakan 15 hari setelah ada yang meninggal. Ritual ini jadi simbol penghormatan kepada arwah leluhur, agar jiwa yang pergi mendapat ketenangan. 

Ada empat alat musik yang selalu hadir mengiringi tarian ini: penyalit, gendang panjang, gong kecil, dan kelentangan. 

Lewat tradisi ini, warga Kutai Kartanegara membuktikan bahwa nilai tradisi tetap hidup dan dihargai. Belian Namang adalah pesan bahwa tradisi adalah identitas yang harus dijaga dan dilestarikan. (NHW)

Tags: BelianKedang IpilKutai Kartanegara
ShareTweetSend
Previous Post

“Indonesia Raya” Berkumandang Setiap Jam 10 Pagi Pada Selasa & Kamis di Perkantoran hingga Pusat Perbelanjaan di Kaltim

Next Post

Biar Program CSR Makin Efektif, Yuk Ukur dengan SROI! 

Discussion about this post

No Result
View All Result
  • 4 ALASAN KENAPA KAMU HARUS MEMBUKA USAHA SENDIRI

    4 Alasan Kenapa Kamu Harus Membuka Usaha Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah CSR Dunia ke Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bersiap! Program Beasiswa Gratispol Segera Dibuka, Begini Mekanisme Pendaftarannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resmi! Mulai 14 Februari, Pembayaran Parkir Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Secara Non-Tunai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Cecep, PNS yang Sukses Jadi Petani Hidroponik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Go CSR Kaltim merupakan media digital yang berfokus pada bidang Corporate Social Responsibility (CSR). Media ini berdiri dibawah manajemen PT Seraung Multi Media.

Contact Us

Jalan Wijaya Kusuma XII Nomor 7
Samarinda – Kalimantan Timur 75243

 

admin@gocsrkaltim.com

+62 541 590 2010

  • About Us
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

Our Segment

  • Advertorial
  • CSR News
  • Jurnal Asa
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Politik
  • Semua
  • Serba Serbi

Afiliasi:

No Result
View All Result
  • Home
  • CSR News
  • Masyarakat Harus Tahu
  • Jurnal Asa
  • Politik
  • Serba Serbi
  • Advertorial
  • About Us
  • Contact

© 2024